Pertanyaan tentang apakah membuka HP suami tanpa izin melanggar hukum di Indonesia sering muncul. Mari kita bahas lebih lanjut.
Pasal 30 (1) UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) menyatakan, "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun." Namun, bagaimana jika yang melakukan adalah anggota keluarga kita?
Hubungan keluarga sedarah dekat, seperti antara suami dan istri, antara anak dan orang tua, atau antar-saudara sedarah, memiliki karakteristik khusus. Dalam penerapan ketentuan Pasal 30 ayat (1) UU ITE, diperlukan pendekatan yang berbeda. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ikatan lahir batin ini menghasilkan hak dan kewajiban yang tidak selalu perlu diatur secara tertulis. Meskipun setiap orang memiliki hak privasi, hubungan perkawinan membuat privasi suami dan istri menyatu sampai pada batas tertentu. Ada perbuatan-perbuatan yang, meskipun mengganggu privasi, masih dapat dilakukan oleh suami atau istri secara wajar.
Dalam konteks ini, perbuatan istri atau suami yang mengakses HP pasangannya tanpa sepengetahuan tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan ‘tanpa hak’, selama masih dalam batas wajar. Namun, ruang lingkup ‘batas yang wajar’ dapat menjadi permasalahan tersendiri dan harus dipahami berdasarkan kasus per kasus.
Jadi, jika Anda ingin membuka HP suami tanpa izin, pertimbangkan konteks hubungan dan batas-batas yang wajar. Tetap menghormati privasi pasangan Anda! 🤝
