Tri Dharma Mahasiswa: Mengapa Sirna di Tengah Hiruk Pikuk Zaman?

Rendra

Pendahuluan

Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah amanah luhur yang diemban setiap mahasiswa. Namun, belakangan ini muncul keprihatinan yang meluas karena Tri Dharma seolah-olah terkikis di tengah derasnya arus modernisasi dan tuntutan praktis. Artikel ini akan menelusuri secara mendalam penyebab hilangnya Tri Dharma di kalangan mahasiswa, menyoroti faktor-faktor yang berkontribusi dan dampak yang ditimbulkannya.

Faktor Penyebab

1. Dominasi Budaya Konsumtif

Zaman modern dicirikan oleh budaya konsumtif yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan materi dan kesenangan instan. Akibatnya, nilai-nilai akademis dan sosial tergusur oleh keinginan untuk mengejar kesuksesan finansial dan status sosial. Mahasiswa pun cenderung terjebak dalam siklus kerja keras dan pengeluaran untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.

2. Tekanan Kompetisi

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, mahasiswa merasa tertekan untuk meraih prestasi akademik yang tinggi demi mendapatkan pekerjaan bergengsi. Tekanan ini mengalihkan fokus mereka dari pengembangan intelektual dan sosial yang holistik ke pencapaian nilai-nilai semata, sehingga mengabaikan aspek Tri Dharma lainnya.

3. Kesenjangan Generasi

Kesenjangan generasi berdampak pada cara pandang mahasiswa terhadap Tri Dharma. Generasi muda cenderung lebih pragmatis dan berfokus pada tujuan jangka pendek, sementara generasi pendidik berpegang teguh pada nilai-nilai idealisme dan pengabdian masyarakat. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan dalam pemahaman dan prioritas, sehingga mempersulit mahasiswa untuk menghayati Tri Dharma.

BACA JUGA  Kenapa Bima Tri Harus Login? Ini Alasan dan Solusinya!

4. Kurangnya Keteladanan

Mahasiswa membutuhkan sosok panutan yang menginspirasi mereka untuk mengamalkan Tri Dharma. Sayangnya, di beberapa lembaga pendidikan, dosen dan staf administratif mungkin menunjukkan sikap tidak peduli atau bahkan mengeksploitasi mahasiswa. Kurangnya keteladanan ini dapat mengikis nilai-nilai luhur dan mempersempit pemahaman mahasiswa tentang Tri Dharma.

5. Pergeseran Prioritas Perguruan Tinggi

Pergeseran prioritas beberapa perguruan tinggi dari pendidikan holistik ke komersialisasi dan pencitraan juga memperburuk hilangnya Tri Dharma. Lembaga pendidikan cenderung mengutamakan peningkatan peringkat, publikasi, dan pendapatan, sehingga mengabaikan kewajiban mereka untuk mengembangkan pribadi mahasiswa secara komprehensif.

Dampak

1. Kemerosotan Kualitas Sarjana

Hilangnya Tri Dharma berdampak langsung pada kualitas sarjana yang dihasilkan. Mahasiswa yang tidak mengembangkan kompetensi intelektual, sosial, dan etis tidak akan dapat menjadi lulusan yang utuh dan berkontribusi secara bermakna kepada masyarakat.

2. Melemahnya Nilai-nilai Sosial

Tri Dharma merupakan landasan nilai-nilai sosial yang penting seperti gotong royong, empati, dan tanggung jawab. Hilangnya Tri Dharma dapat melemahkan nilai-nilai ini di kalangan mahasiswa, berimplikasi pada penurunan kohesi sosial dan kesejahteraan masyarakat.

3. Krisis Identitas

Mahasiswa yang kehilangan makna dan tujuan dalam pendidikan mereka mungkin mengalami krisis identitas. Mereka mungkin mempertanyakan tujuan hidup dan peran mereka di masyarakat, yang dapat menyebabkan kecemasan dan kebingungan.

Solusi

1. Mereformasi Sistem Pendidikan

Perguruan tinggi perlu mereformasi sistem pendidikan mereka untuk mengutamakan pengembangan holistik mahasiswa. Hal ini meliputi peninjauan kurikulum, mempromosikan pembelajaran berbasis proyek, dan menyediakan lebih banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat.

2. Menanamkan Nilai-nilai Tri Dharma

Mahasiswa harus ditanamkan nilai-nilai Tri Dharma sejak dini melalui orientasi, seminar, dan program pengembangan diri. Pendidik perlu menjadi teladan dan mempraktikkan prinsip-prinsip Tri Dharma dalam kehidupan mereka sendiri.

BACA JUGA  Kenapa Kartu Tri Tidak Bisa Dipakai

3. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Perguruan tinggi dan masyarakat secara luas harus menciptakan lingkungan yang mendukung Tri Dharma. Ini melibatkan menyediakan sumber daya, penghargaan, dan pengakuan bagi mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan sosial, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

4. Memperkuat Kemitraan

Lembaga pendidikan dapat memperkuat kemitraan dengan organisasi masyarakat, bisnis, dan pemerintah untuk memberikan mahasiswa kesempatan untuk menerapkan Tri Dharma di dunia nyata. Kolaborasi ini dapat memperkaya pengalaman mahasiswa dan memperkuat dampak sosial mereka.

5. Membangun Gerakan Mahasiswa

Mahasiswa perlu membentuk gerakan mahasiswa yang mengadvokasi Tri Dharma. Melalui diskusi, lokakarya, dan aksi kolektif, mereka dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya Tri Dharma dan mendorong perguruan tinggi mereka untuk mengambil tindakan nyata.

Kesimpulan

Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pilar fundamental yang menopang pengembangan pribadi dan sosial mahasiswa. Namun, faktor-faktor seperti budaya konsumtif, tekanan persaingan, dan pergeseran prioritas telah mempersempit pemahaman mahasiswa tentang Tri Dharma. Hilangnya Tri Dharma berdampak buruk pada kualitas sarjana, nilai-nilai sosial, dan kesejahteraan mahasiswa. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat secara luas untuk mereformasi sistem pendidikan, menanamkan nilai-nilai Tri Dharma, membangun lingkungan yang mendukung, memperkuat kemitraan, dan membangun gerakan mahasiswa. Hanya dengan menghidupkan kembali Tri Dharma, kita dapat mempersiapkan mahasiswa untuk masa depan yang utuh, bermakna, dan berdampak.

Baca Juga

Bagikan:

Tinggalkan komentar