Pada tanggal 23 Maret 1946, Kota Bandung dilalap si jago merah yang tak kunjung padam. Kebakaran besar itu mengamuk selama tiga hari dan menghancurkan sebagian besar kota. Hingga kini, peristiwa tragis ini dikenal sebagai "Bandung Lautan Api".
Di balik kobaran api yang membara, tersimpan kisah heroik dan getir tentang perjuangan rakyat Bandung melawan penjajah Belanda. Berikut ini adalah alasan mengapa para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) membumihanguskan Bandung:
1. Strategi Perang Bumi Hangus
Strategi perang bumi hangus merupakan salah satu taktik militer yang diterapkan oleh pasukan gerilya Indonesia saat melawan pasukan Belanda. Tujuan utamanya adalah untuk melumpuhkan kekuatan musuh dengan menghancurkan infrastruktur dan sumber daya penting.
Dalam kasus Bandung, para pejuang TRI sadar bahwa mereka kalah jumlah dan persenjataan dibandingkan pasukan Belanda. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membumihanguskan kota agar Belanda tidak dapat memanfaatkan fasilitas dan perbekalan yang ada.
2. Menghambat Kemajuan Pasukan Belanda
Dengan membumihanguskan Bandung, pejuang TRI berharap dapat menghambat laju pasukan Belanda yang akan memasuki kota. Api yang berkobar hebat akan menciptakan kekacauan dan memperlambat pergerakan kendaraan lapis baja milik Belanda.
Selain itu, dengan hancurnya infrastruktur vital, seperti jembatan dan gedung pemerintah, pasukan Belanda akan kesulitan untuk menguasai Bandung secara efektif. Hal ini akan memberikan waktu bagi pejuang TRI untuk menyusun strategi dan mempersiapkan pertahanan di daerah lain.
3. Menunjukkan Semangat Juang Rakyat Indonesia
Pembakaran Bandung juga merupakan simbol perlawanan dan semangat juang rakyat Indonesia. Dengan membumihanguskan kota mereka sendiri, para pejuang TRI ingin menunjukkan kepada Belanda bahwa mereka tidak akan menyerah begitu saja.
Pengorbanan besar yang dilakukan oleh masyarakat Bandung menjadi bukti bahwa mereka lebih memilih kebebasan dan kemerdekaan daripada hidup di bawah penjajahan. Peristiwa ini menjadi inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia untuk terus berjuang melawan penjajah.
Proses Pembumihangusan
Proses pembumihangusan Bandung dimulai pada malam tanggal 23 Maret 1946. Pasukan TRI yang dipimpin oleh Mayor Soemandirdja membagi kota menjadi beberapa sektor dan mulai membakar bangunan-bangunan penting, seperti kantor pemerintahan, gedung perkantoran, dan rumah mewah milik orang Belanda.
Kobaran api dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru kota. Warga sipil yang terperangkap di dalam bangunan berusaha menyelamatkan diri, tetapi banyak yang terjebak dan tewas. Kebakaran berlangsung selama tiga hari tiga malam, menghancurkan sekitar 23 ribu bangunan dan meluluhlantakkan sebagian besar Bandung.
Dampak Pembumihangusan
Pembakaran Bandung memiliki dampak yang sangat besar bagi kota dan rakyatnya. Selain kerugian materi yang mencapai jutaan rupiah, peristiwa ini juga menelan banyak korban jiwa. Diperkirakan sekitar 200 ribu orang kehilangan tempat tinggal, dan ratusan lainnya tewas dalam kebakaran.
Selain itu, pembumihangusan Bandung juga berdampak pada perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Infrastruktur yang hancur membuat kegiatan perekonomian lumpuh, dan banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Trauma akibat kehilangan harta benda dan orang terkasih juga sangat membekas di hati masyarakat Bandung.
Kontroversi dan Perdebatan
Keputusan untuk membumihanguskan Bandung hingga kini masih menjadi perdebatan. Ada pihak yang berpendapat bahwa pembakaran tersebut tidak dapat dibenarkan karena telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi yang besar.
Namun, ada juga pihak yang berpendapat bahwa pembumihangusan Bandung adalah strategi yang tepat untuk melawan penjajah Belanda. Mereka percaya bahwa pengorbanan yang dilakukan oleh masyarakat Bandung pada akhirnya berhasil membawa Indonesia menuju kemerdekaan.
Peristiwa Bandung Lautan Api menjadi salah satu momen paling heroik dan tragis dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pengorbanan dan semangat juang yang ditunjukkan oleh para pejuang TRI dan masyarakat Bandung tetap dikenang hingga saat ini.