Menulis Artikel Wawancara yang Berisi, Bukan Sekadar Narasi

Septiadi Andrianto

"Aduh, udah mau deadline, tapi transkrip wawancara kemarin belum dibuat. Oke deh, dibikin jadi format tanya jawab saja biar cepat selesai." Pernah punya pikiran seperti di atas? Kalau iya, itu kurang tepat. Karena artikel dengan format tanya jawab atau Q&A juga tidak bisa asal tulis berdasarkan urutan pada sesi wawancara. Penulis sebaiknya tidak langsung menyalin begitu saja transkripsi wawancara, karena artikel format tanya jawab bukan sekadar menerjemahkan lisan ke dalam tulisan.

Artikel dengan format tanya jawab justru punya tantangannya sendiri, yakni bagaimana menata alur pertanyaan yang bisa memiliki jawaban menarik, sekaligus membawa pembaca terus mengikutinya hingga akhir artikel; selain itu juga ada seni memilah karena terbatasnya panjang artikel, dan Anda tak punya wewenang untuk menambahkan "bumbu-bumbu" pada jawaban yang ringkas atau kurang menarik.

Untuk itu, setiap tahap dari persiapan hingga penyusunan sangat menentukan kualitas artikel wawancara. Coba tanyakan lagi, "Bagaimana proses wawancara berlangsung?" Siapa narasumbernya? Seperti apa situasinya? Apa yang dibahas, dan seterusnya. Agar mendapatkan jawaban yang diharapkan dari sederet pertanyaan itu, ikuti detail tahapannya berikut ini:

  1. Cari persona yang menarik: Langkah pertama terkait pada tahap persiapan; pemilihan narasumber yang jeli akan sangat membantu kualitas artikel pada akhirnya. Jika narasumber Anda memberikan jawaban yang kurang menarik, tidak kooperatif saat wawancara, atau bahkan tidak konsisten dengan jawabannya sendiri, tentu akan menyulitkan Anda ketika menyusun naskahnya. Maka, cari persona yang tepat; figur yang memiliki perspektif menarik dan menginspirasi. Untuk hal ini memang kita tidak bisa hanya main tunjuk saja, tapi harus cermat, memiliki pengetahuan luas, dan peka dengan berbagai hal terkini; sehingga bisa menentukan narasumber yang tepat. Selain itu, momentum juga jadi faktor pertimbangan penting dalam memilih objek wawancara. Menurut Lisa Liebman, penulis lepas asal New York yang sering menulis artikel tanya jawab di Vulture dan Vanity Fair, ia sering dihadapkan pada banyak pilihan untuk objek wawancara; tapi pilihan selalu ia arahkan pada orang-orang dari dunia hiburan yang baru akan menjalani project atau produksi baru, dan berpotensi memiliki nilai berita menarik, ketimbang hanya berita keseharian selebritas .

  2. Tentukan Tujuan Artikel: Sebelum mulai menulis, pahami tujuan dari artikel wawancara Anda. Apakah ingin mengedukasi, menginspirasi, atau memberikan wawasan baru kepada pembaca? Tujuan ini akan membantu Anda mengarahkan pertanyaan dan memilih narasumber yang relevan.

  3. Struktur Artikel dengan Jelas: Setelah wawancara selesai, susun struktur artikel dengan baik. Mulailah dengan lead yang menarik untuk memancing minat pembaca. Kemudian, susun pertanyaan dan jawaban secara berurutan. Pastikan alur artikel mudah diikuti.

  4. Gunakan Kutipan Secara Efektif: Kutipan dari narasumber adalah bahan utama dalam artikel wawancara. Pilih kutipan yang paling relevan dan kuat untuk menggambarkan pesan yang ingin disampaikan.

  5. Tulis dengan Gaya yang Jelas dan Ringkas: Artikel wawancara harus mudah dipahami oleh pembaca. Gunakan bahasa yang sederhana dan hindari jargon yang sulit dimengerti. Singkat dan padat adalah kunci.

  6. Koreksi dengan Cermat: Setelah menulis, periksa kembali artikel Anda. Perhatikan tata bahasa, ejaan, dan kesalahan lainnya. Kore

BACA JUGA  Cara Menggunakan WhatsApp di Laptop dan PC

Baca Juga

Bagikan:

Avatar photo

Septiadi Andrianto

Septiadi Andrianto adalah penulis dan konsultan teknologi yang berpengalaman dalam mengulas gadget dan perangkat teknologi terbaru, memberikan tips dan trik untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Melalui blognya, ia membantu pembaca memahami cara menggunakan teknologi dengan lebih baik dan mencapai tujuan mereka.